Sabtu, 19 April 2014

Al - RAZI



Pertemuan 5
Selasa, 15 April 2014

  1. Sejarah Lahir dan Karyanya
Nama lengkap Al – Razi adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakaria ibnu Yahya Al –Razi. Dalam wacana keilmuan Barat, Ia dikenal sebagai Rhazes. Ia dilahirkan di Rayy, sebuah kota tua yang masa lalu bernama Rhogee, dekat Teheran. Pada masa mudanya, Ia pernah menjadi tukang intan, penukar uang dan pemain kecapi. Kemudian Ia menaruh perhatian yang besar terhadap ilmu kimia dan meninggalkannya setelah matanya terserang penyakit akibat eksperimen – eksperimen yang dilakukannya. Setelah itu, Ia beralih dan mendalami ilmu kedokteran dan filsafat. Disiplin ilmu Al – Razi meliputi ilmu falak, matematika, kimia, kedokteran dan filsafat. Ia lebih terkenal sebagai ahli kimia dan ahli kedokteran dibanding sebagai seorang filosof. Al – Razi juga memiliki disiplin ilmu metafisika, teologi, alkimia, atheisme dan campuran.

  1. Karya Tulisnya
Dalam autobiografinya, pernah Ia mengatakan bahwa Ia telah menulis kurang dari 200 buah karya tulis dalam berbagai bidang pengetahuan. Karya tulisnya dalam bidang kimia yang terkenal adalah kitab al – Asrar yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Geard fo Cremon. Dalam bidang medis karyanya yang terbesar adalah al – Hawi yang merupakan ensiklopedia ilmu kedokteran dan diterjemahkan dalam bahasa Latin dengan judul Continens yang tersebar luas dan menjadi  buku pegangan utama dikalangan kedokteran Eropa sampai abad 17 M.
Bukunya dibidang kedokteran juga ialah al – Mansure Liber al – Mansoris 10 jilid disalin kedalam berbagai bahasa Barat sampai abad XV M. Kitab al – Judar wa al – Hasbah, tulisannya yang berisikan analisis tentang penyakit cacar dan campak berserta pencegahannya diterjemahkan orang ke dalam berbagai bahasa barat dan terakhir ke dalam bahasa Inggris tahun 1847 M. Kemudian buku – bukunya yang lain adalah al – Thibb al – Ruhani, al – Sirah al – Falsafiah. Namun amat disayangkan karya tulis Al – Razi lebih banyak yang hilang daripada yang masih ada sehingga sulit mencantumkan nama buku dan isinya satu per satu. Kitab – kitab Al – Razi yang lain yakni Amarat Iqbal al – Daulah, Kitab al – Ladzdzah, Kitab al – Ilm al – Ilahi, Maqalah fi ma ba’ad al – Tabiah dan Al – Syukuk ‘ala Proclus.

  1. Filsafatnya
Filsafat Razi terkenal dengan ajarannya Lima yang Kekal, yakni:
  1.  Al – Bary Ta’ala ( Allah Ta’ala)
Menurut Al – Razi, Allah maha pencipta dan pengatur seluruh alam ini. alam diciptakan Allah bukan dari tidak ada, tetapi dari bahan yang telah ada. Oleh karena itu, menurutnya Alam semesta tidak kadim, baharu, meskipun materi asalnya kadim, sebab penciptaan disini dalam arti disusun dari bahan yang telah ada.
  1. Al – Nafs al – Kulliyyat (jiwa universal)
Jiwa universal merupakan al – Mabda al – qadim al – sany (sumber kekal yang kedua). Padanya terdapat daya hidup dan bergerak, sulit diketahui karena Ia tanpa rupa, tetapi karena Ia dikuasai naluri untuk bersati dengan materi pertama, terjadilah pada zatnya rupa yang dapat menerima fisik. Sementara itu, materi pertama tanpa fisik, Allah datang menolong roh dengan menciptakan alam semesta termasuk tubuh manusia yang ditempati roh.
Perlu dijelaskan bahwa roh menurut Ibnu Manzhur berarti jiwa, badan halus. Alasan yang dikemukakan ialah, roh berasal dari kata ra-wa-ha atau ra-ha yang berarti udara atau wangi. Jadi roh adalah zat yang halus seperti udara.
  1. Al – Hayula al – Ula (materi pertama)
Materi pertama adalah kekal (jauhar qadim). Ia disebut juga hayula muthlaq (materi mutlak), yang tidak lain adalah atom – atom yang tidak bisa dibagi – bagi. Atom – atom yang tidak terbagi itu, menurut Al – Razi mempunyai volume. Oleh karena itu, Ia dapat dibentuk. Dengan penyusunan atom – atom tersebut terbentuklah alam dunia. Partikel – partikel materi alam menentukan kualitas – kualitas primer dari materi tersebut. Partikel yang lebih padat menjadi unsur tanah, partikel yang lebih renggang menjadi unsur air, partikel yang lebih renggang lagi menjadi unsur udara dan yang jauh lebih renggang menjadi unsur api.
Untuk memperkuat argumennya tentang kekekalan materi, Al – Razi memajukan dua argumen yaitu:
  1. Adanya penciptaan mengharuskan adanya pencipta.
  2. Ketidakmungkinan penciptaan dari creatio ax nihilo.

  1. Al – Makan al – Muthlaq (tempat atau ruang absolut)
Ruang menurut Al – Razi dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni:
  1. Ruang partikular (al – makan al – juz’i), ruang ini terbatas dan terikat dengan sesuatu wujud yang menempatinya. Ruang ini tidak akan ada tanpa adanya maujud sehingga Ia tidak bisa dipahami secara terpidah dengan maujud. Ruang partikular ini akan terbatas dengan terbatasnya maujud, berubah dan lenyap sesuai dengan keadaan maujud yang ada didalamnya.
  2. Ruang universal (al – makan al – kully), ruang ini tidak terikat dengan maujud dan tidak terbatas. Ruang ini menurut Al – Razi, bisa saja berisi wujud atau yang bukan wujud karena adanya kehampaan bisa saja terjadi.
  1. Al – Zaman al – Muthlaq (masa absolut)
Zaman menurut Al – Razi dapat dibedakan menjadi waktu mutlak (tak terbatas) dan waktu mahshur (terbatas).untuk yang pertama, Ia sebut dengan al – dahr, bersifat kadim dan subtans yang bergerak atau mengalir. Sementara itu, waktu mahshur adalah waktu yang berlandaskan pada pergerakan planet – planet, perjalanan bintang – bintang dan mentari. Waktu terbatas ini tidak kekal yang Ia sebut dengan al – waqt.

  1. Akal, Kenabian dan Wahyu
Akal menurut Al – Razi adalah karunia Allah yang tersebar untuk manusia. Dengan akal, manusia dapat memperoleh manfaat sebanyak – banyaknya, bahkan dapat memperoleh pengetahuan tentang Allah. Oleh sebab itu, manusia tidak boleh menyia – nyiakan dan mengekangnya, tetapi harus memberikan kebebasan padanya dan harus merujuknya dalam segala hal.
Berikut merupakan gagasan – gagasan Al – Razi :
  1. Tidak percaya pada wahyu
  2. Alquran bukan mukjizat
  3. Tidak percaya pada nabi – nabi
  4. Adanya hal – hal yang kekal selain dari Allah
Dalam pada itu, Badawi menerangkan alasan – alasan Al – Razi dalam menolak kenabian sebagai berikut:
  1. Akal sudah memadai untuk membedakan antara yang baik dan yang jahat, yang berguna dan tidak berguna. Dengan akal saja manusia mampu mengetahui Allah dan mengatur kehidupannya dengan sebaik – baiknya.
  2. Tidak ada alasan yang kuat bagi pengistimewaan beberapa orang untuk membimbing semua orang karena semua orang lahir dengan kecerdasan yang sama. Perbedaan manusia bukan karena pembawaan alamiah, tetapi karena pengembangan dan pendidikan.
  3. Para nabi saling bertentangan. Pertentangan tersebut seharusnya tidak ada jika mereka berbicara atas nama satu Allah.
Mengapa Al – Razi menolak kenabian? Karena nabi dan rasul diberikan wahyu dalam waktu yang berbeda dan tidak bersamaan, sehingga biasanya terjadi pertentangan antara masing – masing pengikut nabi, seperti pengiku Nabi Khidir dan Nabi Musa. Pada intinya, kenabian bukan soal alam pikiran, tetapi soal keyakinan dan keyakinan itu ada dalam hati kita.
Al – Razi merupakan seorang yang bertuhan tetapi Ia tidak mempercayai wahyu dan kenabian. Al – Razi berpendapat bahwa seorang filosof harus moderat, tidak terlalu menyendiri dan tidak terlalu menurutkan hawa nafsu. Ada dua  batas dalam hidup ini, yaitu batas tertinggi dan batas terendah. Batas tertinggi adalah batas yang tidak boleh dilampau oleh para filosof, yakni berpantangan dari kesenangan yang dapat diperoleh hanya dengan melakukan ketidakadilan dan melakukan hal – hal yang bertentangan dengan akal. Sedangkah batas terendah adalah memakan sesuatu yang tidak membahayakan atau menyebabkan sakit dan memakai pakaian yang cukup untuk melindungi kulitnya dan sebagainya.
Memang harus diakui bahwa Al – Razi memberi perhatian dan kepercayaan yang cukup besar kepada akal. Indikasi ke arah ini dapat dilihat bahwa Ia menulis tentang akal pada bab tersendiri dalam bukunya al – Thibb al – Ruhani. Namun, tidak sampai Ia meletakan wahyu di bawah akal, apalagi tidak percaya pada wahyu. Kasus Al – Razi ini hampir sama dengan apa yang terjadi pada tokoh pembaharu dari India Ahmad Khan (1817 – 1889 M).
Kepercayaan terhadap hukum alam ciptaan Allah menyebabkan Ia dituduh kafir. Padahal Ia bukan tidak mengakui kehendak mutlak Allah, namun yang Ia katakan bahwa alam semesta ini diatur dan berjalan sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan berdasarkan kehendak mutlak – Nya. Hal ini dimaksudkan agar umat Islam dapat berpikir rasional dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Alasannya ilmu pengetahuan dapat berkembang adalah berdasarkan pada fenomena yang tetap di alam.

Sumber : Zar,Sirajuddin.2004.Filsafat Islam:Filosof dan Filsafatnya.Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.

My Friend, Michael Ruppert. He sent them out to me when he got travelled.

First card, front side
First card, back side
Second card, back side
Second card, its stamp
Second card from Greece
The stamps of the first card

My Banknotes

American's Dollars and Russian's Rubel
Turkey's banknote frontside
Turkey's banknote back side

Kamis, 03 April 2014

AL – KINDI



  1. Sejarah Hidup dan Karyanya
Al – Kindi nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Ya’cub ibnu Ishaq ibnu Al – Ahabbah ibnu Imran ibnu Muhammad ibnu Al – Asy’as ibnu Qais Al – Kindi. Al – Kindi dilahirkan di Kuffah sekitar tahun 185 H (801 M) dari keluarga kaya terhormat. Kakek buyutnya Al – Asy’as ibnu Qais adalah seorang sahabat Nabi Muhammad yang gugur sebagai syuhada bersama Sa’ad ibnu Abi Waqqas dalam peperangan antara kaum Muslimin dengan Persia di Irak. Al – Kindi sangat tekun mempelajari berbagai disiplin ilmu,oleh karena itu tidaklah heran Ia dapat menguasai ilmu astronomi, ilmu ukur, ilmu alam, astrologi, ilmu pasti, ilmu seni musik, meteorologi, optika, kedokteran, matematika, filsafat dan politik.
Penguasaannya terhadap filsafat dan disiplin ilmu lainnya telah menempatkannya menjadi orang Islam pertama yang berkebangsaan Arab dalam jajaran para filosof terkemuka, karena itulah dirinya pantas menyandang gelar Failasuf al – ‘Arab ( filosof berkebangsaan Arab).

  1. Karya Tulisnya
Sebagai penerjemah terkemuka, tidaklah aneh sekiranya Ia mendapat penghargaan dari Khalifah Al – Ma’mun yang terkenal cintanya pada filsafat dan sains. Menurut informasi, Al – Ma’mun membayar siapa saja yang sanggup menerjmahkan buku – buku ke dalam bahasa Arab dengan emas seberat buku yang diterjemahkan. Selain itu ia juga termasuk seorang yang kreatif dan produktif dalam kegiatan tulis menulis. Akan tetapi amat disayangkan kebanyakan karya tulisnya telah hilang sehingga sulit menjelaskan berapa jumlah karya tulisnya.
Menurut Georger Atiyeh, karya – karya tulis Al – Kindi dalam berbagai bidang ilmmu pengetahuan mencapai 270 risalah. Risalah – risalah itu baik oleh Ibnu Nadim maupun Qifthi dikelompokkan dalam 17 kelompok yaitu :
1.      Filsafat
2.      Logika
3.      Ilmu hitung
4.      Globular
5.      Musik
6.      Astronomi
7.      Geometri
8.      Sperikal
9.      Medis
10.  Astrologi
11.  Dialektika
12.  Psikologi
13.  Politik
14.  Meteorologi
15.  Dimensi
16.  Benda – benda pertama
17.  Spesies tertentu logam dan kimia

Untuk lebih jelasnya dibawah ini dikemukakan beberapa karya tulis Al – Kindi:
  1. Fi al – falsafat al – Ula
  2. Kitab al – Hassi ‘ala Ta;allum al – Falsafat
  3. Risalat ila al – Ma’mun fi al – ‘illat wa Ma’lul
  4. Risalat fi Ta’lif al – A’dad
  5. Kitab al – Falsafat al – Dakhilat wa al – Masa’il al – Manthiqiyyat wa al – Mu’tashah wa ma Fauqa al – Thabi’iyyat
  6. Kammiyat Kutub Aristoteles
  7. Fi al – Nafs
  1. Pemaduan Filsafat dan Agama
       Al – Kindi berpendapat bahwa pemaduan antara filsafat dan agama didasarkan pada tiga alasan yaitu:
  1. Ilmu agama merupakan bagian dari filsafat
  2. Wahyu yang diturunkan kepada nabi dan kebenaran filsafat saling bersesuaian
  3. Menuntut ilmu, secara logika diperintahkan oleh agama
     Al – Kindi juga mengungkapkan argumennya kepada orang – orang agama yang tidak senang terhadap filsafat dan filosof. Jika ada orang yang mengatakan bahwa filsafat tidak perlu, mereka harus memberikan argumen dan menjelaskannya. Untuk sampai pada yang dimaksud, secara logika mereka perlu memiliki pengetahuan filsafat. Kesimpulannya bahwa filsafat harus dimiliki dan dipelajari.
Dalam tulisannya Kammiyat Kutub Aristoteles, Al – Kindi mengemukakan beberapa perbedaan filsafat dan agama sebagai berikut:
  1. Filsafat adalah ilmu kemanusiaan yang dicapai oleh filosof dengan berpikir, belajar dan usaha – usaha manusiawi. Sedangkan agama adalah ilmu  ketuhanan yang menempati peringkat tertinggi karena diperoleh tanpa proses belajar, berpikir dan usaha manusiawi, melainkan hanya dikhususkan bagi para rasul yang dipilih Allah dengan menyucikan jiwa mereka dan memberinya wahyu.
  2. Jawaban filsafat menunjukkan ketidakpastian (semu) dan memerlukan pemikiran. Sementara itu agama (alquran) jawabannya menunjukkan kepastian dan tidak memerlukan pemikiran.
  3. Filsafat menggunakan metode logika sedangkan agama menggunakan metode keimanan.

  1. Filsafat Ketuhanan
     Tulisan Al – Kindi yang membicarakan ketuhanan antara lain Fi al Falsafat al – Ula dan Fi Wahdaniyyat Allah wa Tanahi Jirm al – ‘Alam. Dari tulisan tersebut dapat dilihat bahwa pandangan Al – Kindi tentang ketuhanan sesuai dengan ajaran Islam dan bertentangan dengan pendapat Aristoteles, Plato dan Plotinus.
Benda – benda yang ada di alam ini menurut Al – Kindi mempunyai dua hakikat yaitu hakikat sebagai juz’i (al – haqiqat jus’iyyat) yang disebut ‘aniah dan hakikat sebagai kulli (al – haqiqat kulliyat) dan ini disebut mahiah, yaitu hakikat yang bersifat universal dalam bentuk genus (jins) dan species (nau’).
Dalam membuktikan adanya Allah, Al – Kindi memajukan tiga argumen:
  1. Baharunya alam. Alam semesta baharu dan diciptakan dari tiada oleh yang menciptakannya yakni Allah.
  2. Keanekaragaman dalam wujud. Terjadinya keanekaragaman dan keseragaman ini bukan secara kebetulan, tetapi ada yang menyebabkan atau merancangnya.
  3. Kerapian alam. Tidak mungkin alam teratur dan terkendali begitu saja tanpa ada yang mengatur atau mengendalikannya.
  1. Alam
         Dalam risalahnya yang berjudul  al – Ibanat ‘an al – ‘ illat al – Fa’illat al – Qaribat fi kawn wa al – Fasad, pendapat Al – Kindi sejalan dengan Aristoteles bahwa benda di alam ini dapat dikatakan wujud yang aktual apabila terhimpun empat ‘illat yakni:
  1. Al – ‘Unshuriyyat (materi benda)
  2. Al – Shuriyyat (bentuk benda)
  3. Al – Fa’ilat (pembuat benda)
  4. Al – Tamamiyyat (manfaat benda)
Lebih lanjut, Al – Kindi mengemukakan beberapa argumen dalam menetapkan baharunya alam :
  1. Semua benda yang homogen, yang tiada padanya lebih besar ketimbang yang lain, adalah sama besar.
  2. Jarak antara ujung – ujung dari benda yang sama besar, juga sama besarnya dalam aktualitas dan potensialitas.
  3. Benda – benda yang mempunyai batas tidak bisa tidak mempunyai batas.
  4. Jika salah satu dari dua benda yang sama besarnya dan homogen ditambah dengan homogen lainnya, maka keduanya menjadi tidak sama besar.
  5. Jika sebuah benda dikurangi, maka besar sisanya lebih kecil dari pada benda semula.
  6. Jika satu bagian diambil dari sebuah benda, lalu dipulihkan kembali kepadanya, maka hasilnya adalah benda yang sama seperti semula.
  7. Tiada dari dua benda homogen yang besarnya tidak mempunyai batas bisa lebih kecil ketimbang yang lain.
  8. Jika benda – benda yang homogen yang semuanya mempunyai batas ditambahkan bersama, maka jumlahnya juga akan terbatas.
Atas dasar itulah, Al – Kindi berkesimpulan bahwa alam semesta ini pastilah terbatas dan Ia menolak secara tegas pandangan Aristoteles yang mengatakan bahwa alam semesta tidak terbatas atau kadim. 

  1. Filsafat Jiwa
Al – Kindi mengatakan bahwa jiwa adalah jauhar basith (tunggal, tidak tersusun, tidak panjang, dalam dan lebar). Jiwa mempunyai arti penting, sempurna dan mulia. Jiwa mempunyai wujud tersendiri, terpisah dan berbeda dengan jasad. Jiwa bersifat rohani dan ilahi. Argumen tentang bedanya jiwa dengan badan, menurut Al – Kindi adalah jiwa menentang keinginan hawa nafsu. Apabila nafsu marah mendorong manusia untuk melakukan kejahatan, maka jiwa menentangnya.
Al – Kindi dalam tulisannya juga menjelaskan bahwa pada jiwa manusia terdapat tiga daya :
  1. Daya bernafsu (al – quwwat al – syahwaniyyat) yang terdapat di perut
  2. Daya marah (al – quwwat al –ghadabiyyat) yang terdapat di dada
  3. Daya pikir (al – quwwat al –‘aqliyyat) yang berpusat di kepala

    Menurut Al – Kindi, akal terbagi menjadi empat macam: 
    1. Akal yang selamanya dalam aktualitas (al – ‘aql allazi bi al – fil abada).
Akal ini berada diluar jiwa manusia, bersifat ilahi dan selamanya dalam aktualitas. Karena selalu ada dalam aktualitas, akal inilah yang membuat akal yang bersifat potensi dalam jiwa manusia menjadi aktual. Sifat – sifat akal ini ialah sebagai berikut:
  1. Ia adalah akal pertama
  2. Ia selamanya dalam aktualitas
  3. Ia merupakan species dan genus
  4. Ia membuat akal potensial menjadi aktual berpikir
  5. Ia tidak sama dengan akal potensial, tetapi lain daripadanya

  1. Akal yang bersifat potensial (al – ‘aql bi al – quwwat). Yakni akal murni yang ada dalam diri manusia yang masih merupakan potensi dan belum menerima bentuk – bentuk indrawi dan yang akali.
  2. Akal yang bersifat perolehan (acquired intellect). Ini adalah akal yang telah keluar dari potensialitas ke dalam aktualitas dan mulai memperlihatkan pemikiran abstraksinya.
  3. Akal yang berada dalam dalam keadaan aktual nyata, ketika Ia aktual, maka Ia disebut akal “Yang Kedua”.
Jiwa yang bersih setelah berpisah dengan badan pergi ke Alam Kebenaran atau Alam Akal. Diatas bintang – bintang di dalam lingkungan cahaya Allah, dekat dengan Allah dan dapat melihat – Nya. Disinilah letak kesenangan abadi dari jiwa. Hanya jiwa yang sucilah yang dapat sampai ke Alam Kebenaran itu, jiwa yang masih kotor dan belum bersih harus mengalami penyucian terlebih dahulu.

Sumber : Sirajuddin Zar.2004.Filsafat Islam : Filosof dan Filsafatnya.Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.