PERTEMUAN
3
SELASA,
25 MARET 2014
Dorongan
Alquran Terhadap Akal dan Pemikiran Filsafat. Sedikitnya ada delapan kata dalam
Alquran yaitu:
- ‘Aqala bermakna berpikir
- Nazhara bermakna melihat atau menalar
- Tadabbara berarti merenungkan
- Tafakkara berarti berpikir
- Faqiha bermakna mengerti atau paham
- Tazakkara bermakna mengingat atau mempelajari
- Fahima berarti memahami
- Ulu al –bab berarti orang berpikiran
- Filsafat Islam Dalam Tasawuf
Tasawuf
berasal dari kata sufi, yakni sejenis wol kasar yang terbuat dari bulu
yang dipakai oleh orang – orang yang hidup sederhana, namun berhati suci dan
mulia. Tasawuf merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari cara dan jalan
bagaimana seorang Islam berada sedekat mungkin dengan Allah SWT.
Perbedaan
Filsafat Islam dan Tasawuf
- Filsafat memandang dengan mata akal dan mengikuti metode argumentasi dan logika. Sementara tasawuf menempuh jalan mujahadah (pengekangan hawa nafsu) dan musyahadah (pandangan batin) dan berbicara dengan bahasa intuisi (perasaan) dan pengalaman batin. Jadi kaum filosof adalah pemilik argumentasi dan kaum sufi pemilik intuisi dan perasaan batin.
- Objek filsafat membahas segala yang ada (al – maujudat), baik fisika maupun metafisika, termasuk didalamnya Allah swt, alam dan manusia yang meliputi tingkah laku, akhlak dan politik. Sementara itu, objek tasawuf pada dasarnya mengenal Allah, baik dengan jalan ibadah maupun dengan jalan ilham dan intuisi. Orang sufi disebut al – ‘ubbat (ahli ibadah), al – zuhdah (ahli zuhud) dan al –fuqara (orang fakir), karena kaum sufi dalam beribadah, kezuhudan dan kewara’annya melebihi orang biasa.
- Adanya saling kritik antara kaum sufi dan kaum filosof Islam, seperti kritik Al – Ghazali terhadap filsafat dan kritik Ibnu Rusyd terhadap tasawuf. Ia mengatakan bahwa metode yang dipergunakan tasawuf bukanlah metode penalaran intelektual dan ada dugaan bahwa makrifat kepada Allah akan hakikat – hakikat wujud yang lain adalah sesuatu yang dijatuhkan ke dalam jiwa manusia ketika yang bersangkutan bersih dari rintangan – rintangan hawa nafsu.
- Filsafat Islam dan Ushul Fiqh
Ushul
Fiqh adalah ilmu pengetahuan tentang kaidah dan bahasa yang dijadikan acuan
dalam menetapkan hukum syariat mengenai perbuatan manusia berdasarkan dalil –
dalil secara detail. Penyusun disiplin ilmu ini pertama kali adalah Imam
Syafi’i dengan bukunya yang berjudul al – Risalat. Ringkasnya Ushul Fiqh
adalah ilmu tentang dasar – dasar hukum dalam Islam.
Ushul
Fiqh lebih dekat dan masuk dalam ruang lingkup filsafat Islam, karena dalam
menetapkan hukum syariat, Ushul Fiqh menggunakan pemikiran filosofis. Bahkan
cenderung mengikuti ilmu logika dengan cara memberikan definisi – definisi
terlebih dahulu. Dalam ushul Fiqh dikenal dengan konsep ijtihad (usaha
mengeluarkan ketentuan hukum dengan akal pikiran), konsep al – ra’y (akal
pikiran), konsep al – qiyas (analogi) dan konsep ‘illat (sebab).
- Filsafat Islam Dengan Sains
Setiap filosof
adalah ilmuwan, karena filsafat berdiri atas dasar ilmu pasti dan ilmu alam.
Tetapi tidak setiap ilmuwan adalah filosof. Pada masa peradaban Islam mencapai
kejayaannya antara filsafat, sains dan agama berbaur menjadi satu sehingga
saling mempengaruhi. Namun setelah abad ke – 6 H terputus hubungan antara
filsafat dan sains. Saat ini, konfrontasi antara filsafat dan agama yakni
filsafat Islam berubah menjadi filsafat skolastik yang kering dan gersang.
Tokoh Filosof Islam dan Sains
- Al – Kindi, ahli ilmu pasti dan ilmu falak (perbintangan).
- Ali – Al – Hasan ibnu Haitam, ahli ilmu pasti.
- Abu Musa Jabir ibnu Hayyan, ahli kimia.
- Abu Raihan ibnu Ahmad Al – Baruni, ahli ilmu falak.
- Muhammad Al – Syarif Al – Idrisi, ahli ilmu bumi alam.
- Abu Zakariyya Yahya ibnu Awwan, ahli ilmu pertanian.
- Abu Usman Amr ibnu Bahr Al – Jahiz, ahli ilmu hewan dan lainnya.
- Filsafat Islam dan Filsafat Yunani
Suatu
kebenaran yang tidak dapat ditolak adalah pengaruh peradaban Yunani, Persia dan
India. Di antara ilmu – ilmu India yang besar pengaruhnya kepada intelektual Islam
adalah ilmu hitung, astronomi, ilmu kedokteran dan matematika dengan angka
–angka yang oleh orang Arab disebut dengan angka India dan oleh orang Eropa
kemudian dikenal dengan angka Arab. Akan tetapi, pengaruh terbesar yang
diterima umat Islam dalam bidang ilmu filsafat menurut Ahmad Yamin adalah dari
Yunani. Karena kontak umat Islam dengan kebudayaan Yunani bersamaan waktunya
dengan penulisan ilmu – ilmu Islam, maka
masuklah ke dalamnya unsur – unsur kebudayaan Yunani yang memberinya corak
tertentu, terutama dalam bentuk dan isi.
Perlu
ditegaskan bahwa pengaruh bukan berarti menjiplak. Khalifah Al – Mukmin,
seorang intelektual mendirikan akademi Biat al – Hikam. Akademi ini tidak hanya
sebagai tempat penerjemahan namun juga pusat pengembangan filsafat dan sains.
Dalam
era penerjemahan, bermacam – macam buku filsafat dalam berbagai bidang di
terjemahkan ke dalam bahasa Arab dari bahasa Siryani (Syria), Persia dan
Yunani. Sebenarnya penerjemahan buku – buku ke dalam bahasa Arab sudah dimulai
sejak pemerintahan Dinasti Bani Umayyah. Kegiatan ini disponsori Khalifah
Khalid ibnu Yazid. Ketika itu buku – buku ilmiah yang diterjemahkan erat
kaitannya dengan keperluan hidup praktis, seperti ilmu kimia dan kedokteran.
Akan tetapi, kegiatan penterjemahan salam arti yang sesungguhnya dimulai pada
masa Khalifah Bani Abbas yang kedua, Al – Mansur. Buku yang diterjemahkan diantaranya
karya Plato, seperti Thetitus, Cratylus, Parmenides, Tunaeus, Phaedo,
Politicus dan lainnya karya Aristoteles seperti, Categoriae, Rethorica,
De Caelo, Ethica Nichomachaea dan
lainnya. Karya Neo Platonisme seperti Enneads, Theologia, Isagoge, Elements
of Theology dan lainnya.
Dengan
adanya era penerjemahan ini, umat Islam tidak mampu menguasai intelektual dari
tiga kebudayaan yang sudah tinggi saat itu, Yunani, Persia dan India. Para
intelektual Islam tidak hanya mampu menguasai filsafat dan sains tapi juga
mengembangkan dan menambahkan hasil observasi ke dalam sains dan hasil
pemikiran ke dalam lapangan filsafat.