Rabu, 26 Maret 2014

Hubungan Filsafat Islam Dengan Ilmu - Ilmu Lainnya



PERTEMUAN 3

SELASA, 25 MARET 2014



Dorongan Alquran Terhadap Akal dan Pemikiran Filsafat. Sedikitnya ada delapan kata dalam Alquran yaitu:

  1. ‘Aqala bermakna berpikir
  2. Nazhara bermakna melihat atau menalar
  3. Tadabbara berarti merenungkan
  4. Tafakkara berarti berpikir
  5. Faqiha bermakna mengerti atau paham
  6. Tazakkara bermakna mengingat atau mempelajari
  7. Fahima berarti memahami
  8. Ulu al –bab berarti orang berpikiran



  1. Filsafat Islam Dalam Tasawuf

Tasawuf berasal dari kata sufi, yakni sejenis wol kasar yang terbuat dari bulu yang dipakai oleh orang – orang yang hidup sederhana, namun berhati suci dan mulia. Tasawuf merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari cara dan jalan bagaimana seorang Islam berada sedekat mungkin dengan Allah SWT.

Perbedaan Filsafat Islam dan Tasawuf

  1. Filsafat memandang dengan mata akal dan mengikuti metode argumentasi dan logika. Sementara tasawuf menempuh jalan mujahadah (pengekangan hawa nafsu) dan musyahadah (pandangan batin) dan berbicara dengan bahasa intuisi (perasaan) dan pengalaman batin. Jadi kaum filosof adalah pemilik argumentasi dan kaum sufi pemilik intuisi dan perasaan batin.
  2. Objek filsafat membahas segala yang ada (al – maujudat), baik fisika maupun metafisika, termasuk didalamnya Allah swt, alam dan manusia yang meliputi tingkah laku, akhlak dan politik. Sementara itu, objek tasawuf pada dasarnya mengenal Allah, baik dengan jalan ibadah maupun dengan jalan ilham dan intuisi. Orang sufi disebut al – ‘ubbat (ahli ibadah), al – zuhdah (ahli zuhud) dan al –fuqara (orang fakir), karena kaum sufi dalam beribadah, kezuhudan dan kewara’annya melebihi orang biasa.
  3. Adanya saling kritik antara kaum sufi dan kaum filosof Islam, seperti kritik Al – Ghazali terhadap filsafat dan kritik Ibnu Rusyd terhadap tasawuf. Ia mengatakan bahwa metode yang dipergunakan tasawuf bukanlah metode penalaran intelektual dan ada dugaan bahwa makrifat kepada Allah akan hakikat – hakikat wujud yang lain adalah sesuatu yang dijatuhkan ke dalam jiwa manusia ketika yang bersangkutan bersih dari rintangan – rintangan hawa nafsu.



  1. Filsafat Islam dan Ushul Fiqh

Ushul Fiqh adalah ilmu pengetahuan tentang kaidah dan bahasa yang dijadikan acuan dalam menetapkan hukum syariat mengenai perbuatan manusia berdasarkan dalil – dalil secara detail. Penyusun disiplin ilmu ini pertama kali adalah Imam Syafi’i dengan bukunya yang berjudul al – Risalat. Ringkasnya Ushul Fiqh adalah ilmu tentang dasar – dasar hukum dalam Islam.

Ushul Fiqh lebih dekat dan masuk dalam ruang lingkup filsafat Islam, karena dalam menetapkan hukum syariat, Ushul Fiqh menggunakan pemikiran filosofis. Bahkan cenderung mengikuti ilmu logika dengan cara memberikan definisi – definisi terlebih dahulu. Dalam ushul Fiqh dikenal dengan konsep ijtihad (usaha mengeluarkan ketentuan hukum dengan akal pikiran), konsep al – ra’y (akal pikiran), konsep al – qiyas (analogi) dan konsep ‘illat (sebab).



  1. Filsafat Islam Dengan Sains

Setiap filosof adalah ilmuwan, karena filsafat berdiri atas dasar ilmu pasti dan ilmu alam. Tetapi tidak setiap ilmuwan adalah filosof. Pada masa peradaban Islam mencapai kejayaannya antara filsafat, sains dan agama berbaur menjadi satu sehingga saling mempengaruhi. Namun setelah abad ke – 6 H terputus hubungan antara filsafat dan sains. Saat ini, konfrontasi antara filsafat dan agama yakni filsafat Islam berubah menjadi filsafat skolastik yang kering dan gersang.


Tokoh Filosof Islam dan Sains

  1. Al – Kindi, ahli ilmu pasti dan ilmu falak (perbintangan).
  2. Ali – Al – Hasan ibnu Haitam, ahli ilmu pasti.
  3. Abu Musa Jabir ibnu Hayyan, ahli kimia.
  4. Abu Raihan ibnu Ahmad Al – Baruni, ahli ilmu falak.
  5. Muhammad Al – Syarif Al – Idrisi, ahli ilmu bumi alam.
  6. Abu Zakariyya Yahya ibnu Awwan, ahli ilmu pertanian.
  7. Abu Usman Amr ibnu Bahr Al – Jahiz, ahli ilmu hewan dan lainnya.



  1. Filsafat Islam dan Filsafat Yunani

Suatu kebenaran yang tidak dapat ditolak adalah pengaruh peradaban Yunani, Persia dan India. Di antara ilmu – ilmu India yang besar pengaruhnya kepada intelektual Islam adalah ilmu hitung, astronomi, ilmu kedokteran dan matematika dengan angka –angka yang oleh orang Arab disebut dengan angka India dan oleh orang Eropa kemudian dikenal dengan angka Arab. Akan tetapi, pengaruh terbesar yang diterima umat Islam dalam bidang ilmu filsafat menurut Ahmad Yamin adalah dari Yunani. Karena kontak umat Islam dengan kebudayaan Yunani bersamaan waktunya dengan penulisan ilmu – ilmu  Islam, maka masuklah ke dalamnya unsur – unsur kebudayaan Yunani yang memberinya corak tertentu, terutama dalam bentuk dan isi.

Perlu ditegaskan bahwa pengaruh bukan berarti menjiplak. Khalifah Al – Mukmin, seorang intelektual mendirikan akademi Biat al – Hikam. Akademi ini tidak hanya sebagai tempat penerjemahan namun juga pusat pengembangan filsafat dan sains.

Dalam era penerjemahan, bermacam – macam buku filsafat dalam berbagai bidang di terjemahkan ke dalam bahasa Arab dari bahasa Siryani (Syria), Persia dan Yunani. Sebenarnya penerjemahan buku – buku ke dalam bahasa Arab sudah dimulai sejak pemerintahan Dinasti Bani Umayyah. Kegiatan ini disponsori Khalifah Khalid ibnu Yazid. Ketika itu buku – buku ilmiah yang diterjemahkan erat kaitannya dengan keperluan hidup praktis, seperti ilmu kimia dan kedokteran. Akan tetapi, kegiatan penterjemahan salam arti yang sesungguhnya dimulai pada masa Khalifah Bani Abbas yang kedua, Al – Mansur. Buku yang diterjemahkan diantaranya karya Plato, seperti Thetitus, Cratylus, Parmenides, Tunaeus, Phaedo, Politicus dan lainnya karya Aristoteles seperti, Categoriae, Rethorica, De Caelo, Ethica Nichomachaea  dan lainnya. Karya Neo Platonisme seperti Enneads, Theologia, Isagoge, Elements of Theology dan lainnya.

Dengan adanya era penerjemahan ini, umat Islam tidak mampu menguasai intelektual dari tiga kebudayaan yang sudah tinggi saat itu, Yunani, Persia dan India. Para intelektual Islam tidak hanya mampu menguasai filsafat dan sains tapi juga mengembangkan dan menambahkan hasil observasi ke dalam sains dan hasil pemikiran ke dalam lapangan filsafat.






Kamis, 20 Maret 2014

Filsafat Islam dengan Ilmu Kalam dan Sejarahnya



PERTEMUAN 2
SELASA, 18 MARET 2014

FILSAFAT ISLAM DENGAN ILMU KALAM DAN SEJARAHNYA

  1. Pengertian Filsafat Islam
Filsafat Islam adalah filsafat yang secara esensial berinspirasikan dari luar (filsafat Yunani) dan filsafat – filsafat sebelumnya yang juga berinspirasikan dari dalam (agama Islam). Karena motivasi agama, berpikir yang sedalam – dalamnya dengan insaf dan bebas tentang segala sesuatu yang ada untuk memahami kebenaran, kemudia dengan caranya sendiri, kebenaran menurut filsafatnya akan selalu disesuaikan dengan kebenaran menurut informasi agama. Perlu diingat bahwa filsafat Islam adalah filsafat yang bermuatan religius (keagamaan), namun tidak mengabaikan persoalan – persoalan kefilsafatan.
  1. Ciri – Ciri Filsafat Islam
1.      Sebagaimana filsafat pada umumnya melaksanakan kerja berpikir berdasarkan akal.
2.      Filsafat Islam sebagai suatu peradaban (Peradaban Cina, India, Persia).
3.      Kesimpulan dalam filsafat Islam selalu disesuaikan dengan prinsip agama. Filsafat Islam berprinsip pada ajaran Islam (Al-quran dan Hadits).
4.      Islam sebagai agama, kaya akan benih – benih filsafat. Contohnya seperti yang berhubungan dengan ushul fiqih.
(Sunardji Dahri Tiam)
  1. Filsafat Islam dan Ilmu Kalam
Kalam dalam bahasa Arab dapat diartikan sebagai perkataan dan ucapan. Dalam ilmu kebahasaan, kalam ialah kata – kata yang tersusun dalam suatu kalimat yang mempunyai arti. Sementara dalam ilmu agama, yang dimaksud dengan kalam adalah firman Allah. Ilmu kalam sebagaimana halnya filsafat Islam terpengaruh dengan filsafat Yunani.

  1. Periodesasi Filsafat Islam
  1. Perode Mutakalimin (sekitar 700 s.d 900 M)
Lahirnya periode ini disebabkan persoalan politik yang kemudian berubah menjadi persoalan dogmatik teologi, soal besar antara kafir dan mukmin. Pemikiran disini hanya bersumber pada Quran, maka timbul dari sana persoalan kehendak dan perbuatan manusia/jabar dan ikhtiar. Mutakalimin adalah orang – orang yang berkata atau berpikir dalam ilmu kalam. Periode Mutakalimin berawal dari adanya 2 kelompok besar yaitu Muktazilah dan Ahlussunah. Ahlussunah lahir karena adanya Muktazilah yang melandasi lahirnya 2 kelompok diatas aliran Syiah, Khawarij, Murjiah, Qadariyah dan Jabariyah. Ahlussunah juga terbagi menjadi 2 golongan yaitu Asy’ariyah dan Maturidiyah.
  1. Khawarij adalah orang – orang yang keluar dari paham Syiah. Berpandangan bahwa kepemimpinan haruslah demokratis.
  2. Murjiah (ditangguhkan), menyebutkan bahwa semua orang yang berdosa tidak kafir dan tidak mukmin sampai ditangguhkan.
  3. Qadariyah adalah semua bentuk perbuatan manusia atas dasar kehendak manusia melaikan juga atas takdir Allah.
  4. Jabariyah adalah baik atau buruk perbuatan manusia ditentukan oleh Allah.

  1. Periode Filosof Islam (sekitar 850 s.d 1200 M)
  • Periode ini diawali oleh periode Mutakalimin sebagai gerakan intelektualisme dalam Islam.
  • Dinasti Abbasiah pengganti Umayah lebih progres terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat.
  • Penerjemahan secara besar – besaran semua buku filsafat ke dalam bahasa Arab maka lahirlah para ulama yang ahli dalam berbagai bidang dan kekhususan sendiri.
  • Periode ini memperkenalkan Al – Kindi, Ar – Razi, Al – Farabi, Ibnu Sina, Al – Ghazali, Ibnu Bajjah, Ibnu Tufail dan Ibnu Rusyd.

  1. Periode Pasca Ibnu Rusyd
Periode ini memperdebatkan filsafat Islam. Disatu pihak menyatukan bahwa filsafat Islam sudah usai setelah wafatnya Ibnu Rusyd, di lain pihak ada yang beranggapan bahwa terdapat sejumlah tokoh yang pantas disebut tokoh filsafat. Corak pemikiran pada periode ini adalah middle – roaders  (jalan tengah), penggabungan dan kebijakan yang eksperiensial (Zauqiyah), dan diskursif (Bahsiyah). Mereka adalah Suhrawardi, Tusi Mulla Sadra dan Iqbal.

  1. Daerah Berkembangnya Filsafat Islam
  1. Muktazilah, teologi rasional berkembang di Baghdad dan Basrah mulai abad ke 9 M. Tokohnya adalah Wasil bin Atho’.
  2. Filsafat pertama (di Timur)
  3. Kalam Ays’ariyah, teologi bercorak atomisme dan berpusat di Baghdad tahun 900 s.d 1085 M. Para tokohnya Al – Asy’ary, Al – Maturidy. Al – Ghazali (Ahlussunah). Memiliki pandangan bahwa tidak sependapat dengan hukum sebab kausalitas karena semua ini atas kehendak Tuhan.
  4. Filsafat kedua (di Barat)
  5. Filsafat ketiga (umumnya di Timur)
  1. Perbedaan Ilmu Kalam dan Filsafat Islam
Perbedaan antara ilmu Kalam dan Filsafat Islam terdapat pada:
  1. Titik berat dan tujuannya
Ilmu Kalam, titik beratnya agama dan tujuannya tauhid dengan dalil – dalil Alquran dan Hadits yang diterangkan dengan teori filsafat. Sedangkan filsafat Islam titik beratnya filsafat itu sendiri dengan tujuan memahami kebenaran yang sebenarnya dengan cara rasio.
Dalam ilmu Kalam, filsafat dijadikan alat untuk membenarkan ayat Alquran, sedangkan dalam filsafat Islam adalah menjelaskan dan menakwilkan ketentuan agama dengan cara pikiran filsafat.
  1. Cara Penyelidikannya
  1. Mutakalimin, lebih mengedepankan kepercayaan. Menentukan dalil kemudian membuktikan kebenarannya.
  2. Pemikiran filsafat, lepas dari kepercayaan. Memulai dengan tidak percaya lalu menyusun dalil – dalil pikiran sampai memperoleh satu kesimpulan.
  1. Pertumbuhan dan Pembinaan
  1. Ilmu Kalam tumbuh berangsur – angsur dan sepotong – potong. Bermula dari seseorang yang berpendapat kemusian disusul yang lainnya, kemudian timbul aliran – aliran dalam ilmu kalam.
  2. Filsafat Islam tumbuh melalui fase pertumbuhan negeri asalnya. Ketika filsafat hadir dalam kehidupan orang – orang Islam, Ia sudah lengkap dan tinggal memberi penjelasan dan berupaya mempertemukan dengan ajaran Islam.
  3. Ilmu Kalam adalah ilmu keislaman, sementara filsafat Islam adalah ilmu umum bermerek Islam.  Contoh : Ilmu Kalam berawal dari keyakinan, sedangkan filsafat berawal dari keraguan sehingga dilakukanlah penelitian.

Jumat, 14 Maret 2014

Pengantar Filsafat dan Sejarahnya

Pertemuan I 
Selasa, 11 Maret 2014

  1. PENGANTAR FILSAFAT DAN SEJARAHNYA
Bentuk pengetahuan
  1. Pengetahuan yang bukan berdasarkan hasil usaha aktif dari manusia. Ini diperoleh melalui wahyu.
  2. Pengetahuan yang berdasarkan hasil usaha aktif manusia. Ini diperoleh melalui indra dan akal. Pengetahuan ini ada yang disebut dengan pengetahuan indra, pengetahuan ilmu (sains) dan pengetahuan filsafat.
Pengetahuan sains lebih dari sekedar pengetahuan indra karena dalam pengetahuan sains terdapat penelitian dan pengamatan. Pengetahuan filsafat lebih melihat segala sesuatu dari akarnya.

  1. Definisi filsafat
Filsafat adalah hasil proses berpikir rasional dalam mencari hakikat sesuatu karena sistematis, menyeluruh (universal) dan mendasar (radikal). Berarti filsafat itu mencirikan:
  1. Rasional (masuk akal)
  2. Sistematis (berurutan)
  3. Universal atau menyeluruh (menjangkau semua)
  4. Mendasar atau radikal (sampai pada akarnya)

  1. Objek Bahasan Filsafat
  1. Al – Wujud (Ontologi)
ü  Bahasan ini mencakup hakikat segala yang ada (al – maujudat)
ü  Bahasan ini terbagi menjadi dua bidang, yaitu fisika dan metafisika
ü  Fisika mencakup tentang manusia, alam semesta dan segala sesuatu yang terkandung di dalamnya baik hidup atau mati
ü  Metafisika membahas ketuhanan dan masalah immateri
  1. Al – Marifat (Epistemologi)
ü  Berkaitan dengan hakikat pengertahuan dari cara bagaimana atau dengan sarana apa pengetahuan dapat diperoleh
ü  Ada 2 teori tentang hakikat pengetahuan ini, yaitu Realisme dan Idealisme
ü  Menurut Realisme, pengetahuan ini sesuai dengan kenyataan yang ada
ü  Sementara Idealisme berpandangan bahwa pengetahuan sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Menurut Idealisme pengetahuan adalah gambaran menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengetahui.

  1. Metode Memperoleh Pengetahuan
  1. Teori Empirisme. Pengetahuan diperoleh dengan panca indra, setelah panca indra mendapat kesan – kesan kemudian menyusun dan mengaturnya menjadi pengetahuan.
  2. Teori Rasionalisme. Pengetahuan diperoleh dengan perantara akal. Meski panca indra yang mengumpulkan data – data, namun tetaplah akal yang menyusun konsep – konsep rasional yang disebut dengan pengetahuan.

  1. Al – Qayyim (Aksiologi)
ü  Bersangkutan dengan hakikat nilai
ü  Hakikat atau ukuran baik dan buruk dibahas dalam filsafat etika atau akhlak
ü  Hakikat atau ukuran benar dan salah dibahas dalam  filsafat logika atau mantiq
ü  Hakikat atau ukuran indah dan tidak indah dibahas dalam filsafat estetika atau jamal

  1. Sejarah Filsafat Islam
Alexander Yang Agung mengalahkan Darius di tahun 331 sebelum Islam di Arbela. Alexander datang dengan tidak menghancurkan peradaban dan kebuadayaan persia, tetapi sebaliknya Ia berusaha untuk menyatukan kebudayaan Yunani dan Persia (Harun Nasution :1973)
Alexander menikah dengan Statira, anak Darius. Dua puluh empat jenderal dan 10.000 prajurit dianjurkan menukah dengan wanita – wanita Persia. Setelah Alexander meninggal, kerajaan terbagi 3 yaitu Macedonia di Eropa, Kerajaan Ptolemeus di Mesir dan Kerajaan Seleucid di Asia. Harun al – Rasyid menjadi khalifah pada tahun 786 M, sebelumnya Ia belajar di Persia.
Dibawah pemerintahan Harun al – Rasyid penerjemahan buku – buku ilmu pengetahuan Yunani ke dalam bahasa Arab. Orang – orang dikirim ke Kerajaan Romawi di Eropa untuk membeli manuskrip dari bahasan kedokteran, ilmu pengetahuan hingga filsafat.